MENJADI wiraswastawan atau berusaha sendiri memang tidak terlalu mudah. Walaupun kelihatannya sangat menyenangkan dan memberi iming-iming masa depan yang demikian menyenangkan, tetapi dalam praktiknya juga tidak selalu seperti yang dibayangkan.
Lebih banyak dukanya ketimbang sukanya. Lebih banyak susahnya daripada senangnya, dan mungkin juga lebih banyak kendalanya daripada lancarnya.
Sukses sebagai manajer di suatu perusahaan perdagangan atau sebagai manajer pemasaran juga belum menjamin untuk sukses sebagai wirawastawan. Walaupun prinsipnya, sebagai manajer pemasaran juga tidak jauh berbeda dengan wiraswasta. Tak jarang manajer pemasaran yang beralih profesi menjadi wiraswastawan yang gagal di tengah jalan. Kariernya bukan malah melambung tinggi, tetapi malah terperosok di tengah jalan.
Namun tidak dipungkiri juga bahwa banyak wiraswastawan atau pengusaha sukses yang memulai kariernya dari bidang pemasaran. Bidang ini memungkinkan bagi seseorang untuk beralih profesi sebagai wiraswastawan. Karena inti dari wiraswastawan tidak jauh berbeda dengan bidang pemasaran. Kalau tidak mau memproduksi suatu produk untuk dipasarkan, ia bisa mencari produk lain untuk dipasarkan. Dengan demikian inti dari wiraswastawan atau berusaha sendiri harus bisa memasarkan. Bagaimana bagusnya pun suatu produk kalau tidak bisa menjual atau memasarkan akan sia sia saja.
Karena "yang bertelur emas" adalah bagian pemasaran bukan bagian produksi, itulah mengapa bagian pemasaran menjadi penting bagi suatu perusahaan. Baik perusahaan besar yang mapan maupun bagi perusahaan kecil yang dikelola wiraswastawan pemula. Demikian pentingnya bagian pemasaran, sehingga dari bagian pemasaran ini tidak sedikit lahir wiraswastawan - wiraswastawan tangguh dan pengusaha sukses.
Jiwa wiraswasta
Bagi seseorang yang memiliki mental atau jiwa wiraswasta yang tinggi memang berbeda dengan seseorang yang memiliki bakat menjadi karyawan atau pegawai yang baik. Orang yang memiliki jiwa wiraswasta yang tinggi biasanya sering berpindah pekerjaan dari suatu perusahaan ke perusahaan lain. Selain untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik. Ia juga senang menghadapi tantangan. Menghadapi sesuatu yang dianggap baru. Ia juga tidak takut dengan berbagai macam pekerjaan yang baru dihadapi. Persoalan yang baru oleh orang lain dianggap sebagai hambatan malah merupakan tantangan yang harus diselesaikan dengan baik.
Pada saat tertentu bila dianggap sudah tiba saatnya. Ia akan melakukan usaha sendiri. Ia tidak mau lagi bekerja pada orang lain. Yang terpikir dalam benaknya adalah bagaimana menjadi wiraswastawan yang memiliki usaha sendiri walaupun ia harus mulai dari kecil-kecilan. Siapa tahu suatu saat akan menjadi besar, dan ia akan berhasil menjadi pimpinan dari usaha yang dia rintis dari kecil. Dan ini selain memberi keuntungan ekonomi juga akan memberikan kepuasan tersendiri. Kepuasan yang tidak bisa diukur dengan nilai uang, walaupun sebagai wiraswastawan yang ia cari adalah uang.
Kalau keinginan berwiraswasta sudah demikian melekat pada seseorang, katakanlah pada manajer yang berkecimpung dalam bidang pemasaran biasanya akan sulit dihentikan. Gaji yang relatif besar dan fasilitas yang demikian menarik yang diberikan perusahaan biasanya tidak akan menggoyahkan keinginannya. Ia rela meninggalkan kedudukan yang telah berhasil ia raih, yang ia pikirkan adalah bagaimana bisa membuka usaha sendiri.
Ia memperkirakan dengan membuka usaha sendiri akan bisa memperoleh kondisi ekonomi dan status sosial yang lebih baik. Tidak saja ia akan memperoleh keuntungan dari usahanya, tetapi ia juga bisa menciptakan lapangan kerja baru. Bisa menolong teman yang membutuhkan pekerjaan dan membantu pemerintah menanggulangi masalah pengangguran.
Namun angan-angan atau bayangan hidup enak dan sukses yang akan diraih sebagai wiraswastawan ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. Selain persaingan yang sudah demikian ketat dalam dunia bisnis, menjadi wiraswastawan juga tidak terlalu mudah. Apalagi bagi wiraswastawan baru atau pemula yang pernah menduduki posisi cukup penting di suatu perusahaan besar. Memang ia memiliki anak buah yang siap melakukan dan membantu pekerjaannya, kini sebagai wiraswastawan baru ia harus melakukan pekerjaannya sendiri.
Sebagai wiraswastawan pemula, apalagi dengan modal yang pas-pas an, ia tidak bisa dan barangkali juga perlu menggaji orang untuk tiap pekerjaannya. Apa yang bisa ia kerjakan akan ia tangani sendiri, apalagi untuk menggaji sekretaris yang andal tentu akan menambah pengeluaran semakin tinggi. Berbagai pekerjaan kantor yang selama ini dikerjakan anak buahnya, harus ia lakukan sendiri. Barangkali untuk urusan pengetikan pun kalau perlu ia lakukan sendiri.
Sebagai wiraswastawan pemula ia tidak hanya berperan sebagai direktur, tetapi juga merangkap sebagai tukang ketik dan mungkin sebagai tukang antar surat atau kurir sekaligus. Pokoknya pekerjaan apa saja yang bisa ia tangani sendiri yang dianggap memberatkan keuangan usahanya. Yang penting bagaimana bisa menekan pengeluaran sekecil mungkin untuk menghemat pengeluaran yang dianggap tidak terlalu mendesak.
Hal inilah yang kadang-kadang kurang disadari oleh wiraswastawan pemula. Tidak jarang mereka membayangkan untuk langsung bisa memperoleh posisi yang enak dan fasilitas yang baik seperti waktu ia bekerja sebagai karyawan. Mereka pernah menduduki posisi penting dan memperoleh fasilitas baik dari perusahaan sulit meninggalkan kebiasaannya. Mereka belum siap untuk merangkak dari bawah.
Kondisi seperti inilah yang sering menyebabkan kegagalan bagi wiraswastawan pemula. Tidak jarang mereka belum memperoleh pemasukan tetapi pengeluaran telah demikian besar. Kalaupun modal yang ada belum habis, mereka sering mengalami kesulitan untuk menyelesaikan order besar yang tentu membutuhkan biaya cukup besar untuk menyelesaikannya. Akibatnya usaha yang dijalankan sulit berkembang, dan mungkin malah bangkrut. ***
Lebih banyak dukanya ketimbang sukanya. Lebih banyak susahnya daripada senangnya, dan mungkin juga lebih banyak kendalanya daripada lancarnya.
Sukses sebagai manajer di suatu perusahaan perdagangan atau sebagai manajer pemasaran juga belum menjamin untuk sukses sebagai wirawastawan. Walaupun prinsipnya, sebagai manajer pemasaran juga tidak jauh berbeda dengan wiraswasta. Tak jarang manajer pemasaran yang beralih profesi menjadi wiraswastawan yang gagal di tengah jalan. Kariernya bukan malah melambung tinggi, tetapi malah terperosok di tengah jalan.
Namun tidak dipungkiri juga bahwa banyak wiraswastawan atau pengusaha sukses yang memulai kariernya dari bidang pemasaran. Bidang ini memungkinkan bagi seseorang untuk beralih profesi sebagai wiraswastawan. Karena inti dari wiraswastawan tidak jauh berbeda dengan bidang pemasaran. Kalau tidak mau memproduksi suatu produk untuk dipasarkan, ia bisa mencari produk lain untuk dipasarkan. Dengan demikian inti dari wiraswastawan atau berusaha sendiri harus bisa memasarkan. Bagaimana bagusnya pun suatu produk kalau tidak bisa menjual atau memasarkan akan sia sia saja.
Karena "yang bertelur emas" adalah bagian pemasaran bukan bagian produksi, itulah mengapa bagian pemasaran menjadi penting bagi suatu perusahaan. Baik perusahaan besar yang mapan maupun bagi perusahaan kecil yang dikelola wiraswastawan pemula. Demikian pentingnya bagian pemasaran, sehingga dari bagian pemasaran ini tidak sedikit lahir wiraswastawan - wiraswastawan tangguh dan pengusaha sukses.
Jiwa wiraswasta
Bagi seseorang yang memiliki mental atau jiwa wiraswasta yang tinggi memang berbeda dengan seseorang yang memiliki bakat menjadi karyawan atau pegawai yang baik. Orang yang memiliki jiwa wiraswasta yang tinggi biasanya sering berpindah pekerjaan dari suatu perusahaan ke perusahaan lain. Selain untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik. Ia juga senang menghadapi tantangan. Menghadapi sesuatu yang dianggap baru. Ia juga tidak takut dengan berbagai macam pekerjaan yang baru dihadapi. Persoalan yang baru oleh orang lain dianggap sebagai hambatan malah merupakan tantangan yang harus diselesaikan dengan baik.
Pada saat tertentu bila dianggap sudah tiba saatnya. Ia akan melakukan usaha sendiri. Ia tidak mau lagi bekerja pada orang lain. Yang terpikir dalam benaknya adalah bagaimana menjadi wiraswastawan yang memiliki usaha sendiri walaupun ia harus mulai dari kecil-kecilan. Siapa tahu suatu saat akan menjadi besar, dan ia akan berhasil menjadi pimpinan dari usaha yang dia rintis dari kecil. Dan ini selain memberi keuntungan ekonomi juga akan memberikan kepuasan tersendiri. Kepuasan yang tidak bisa diukur dengan nilai uang, walaupun sebagai wiraswastawan yang ia cari adalah uang.
Kalau keinginan berwiraswasta sudah demikian melekat pada seseorang, katakanlah pada manajer yang berkecimpung dalam bidang pemasaran biasanya akan sulit dihentikan. Gaji yang relatif besar dan fasilitas yang demikian menarik yang diberikan perusahaan biasanya tidak akan menggoyahkan keinginannya. Ia rela meninggalkan kedudukan yang telah berhasil ia raih, yang ia pikirkan adalah bagaimana bisa membuka usaha sendiri.
Ia memperkirakan dengan membuka usaha sendiri akan bisa memperoleh kondisi ekonomi dan status sosial yang lebih baik. Tidak saja ia akan memperoleh keuntungan dari usahanya, tetapi ia juga bisa menciptakan lapangan kerja baru. Bisa menolong teman yang membutuhkan pekerjaan dan membantu pemerintah menanggulangi masalah pengangguran.
Namun angan-angan atau bayangan hidup enak dan sukses yang akan diraih sebagai wiraswastawan ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. Selain persaingan yang sudah demikian ketat dalam dunia bisnis, menjadi wiraswastawan juga tidak terlalu mudah. Apalagi bagi wiraswastawan baru atau pemula yang pernah menduduki posisi cukup penting di suatu perusahaan besar. Memang ia memiliki anak buah yang siap melakukan dan membantu pekerjaannya, kini sebagai wiraswastawan baru ia harus melakukan pekerjaannya sendiri.
Sebagai wiraswastawan pemula, apalagi dengan modal yang pas-pas an, ia tidak bisa dan barangkali juga perlu menggaji orang untuk tiap pekerjaannya. Apa yang bisa ia kerjakan akan ia tangani sendiri, apalagi untuk menggaji sekretaris yang andal tentu akan menambah pengeluaran semakin tinggi. Berbagai pekerjaan kantor yang selama ini dikerjakan anak buahnya, harus ia lakukan sendiri. Barangkali untuk urusan pengetikan pun kalau perlu ia lakukan sendiri.
Sebagai wiraswastawan pemula ia tidak hanya berperan sebagai direktur, tetapi juga merangkap sebagai tukang ketik dan mungkin sebagai tukang antar surat atau kurir sekaligus. Pokoknya pekerjaan apa saja yang bisa ia tangani sendiri yang dianggap memberatkan keuangan usahanya. Yang penting bagaimana bisa menekan pengeluaran sekecil mungkin untuk menghemat pengeluaran yang dianggap tidak terlalu mendesak.
Hal inilah yang kadang-kadang kurang disadari oleh wiraswastawan pemula. Tidak jarang mereka membayangkan untuk langsung bisa memperoleh posisi yang enak dan fasilitas yang baik seperti waktu ia bekerja sebagai karyawan. Mereka pernah menduduki posisi penting dan memperoleh fasilitas baik dari perusahaan sulit meninggalkan kebiasaannya. Mereka belum siap untuk merangkak dari bawah.
Kondisi seperti inilah yang sering menyebabkan kegagalan bagi wiraswastawan pemula. Tidak jarang mereka belum memperoleh pemasukan tetapi pengeluaran telah demikian besar. Kalaupun modal yang ada belum habis, mereka sering mengalami kesulitan untuk menyelesaikan order besar yang tentu membutuhkan biaya cukup besar untuk menyelesaikannya. Akibatnya usaha yang dijalankan sulit berkembang, dan mungkin malah bangkrut. ***
siiip...ok banget...terimakasih..
BalasHapusmampir di blog ini memberikan pengalaman baru
BalasHapusterimakasih gan
info yang di tampilka sangat menarik
BalasHapusditunggu info info lain nya